Selasa, 17 Oktober 2017

HUBUNGAN ANTARA AKIDAH, SYARI’AH DAN TASAWUF ( IMAN, ISLAM, DAN IHSAN )




Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu:  H. Zaenal Arifin, M.Ag


Description: D:\logo2\logo STAIN.wmf

Disusun Oleh :
Hidayatul Ula              1520110023
Budi Utomo                1520110024


 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI AHWALUS SYAKHSIYAH
TAHUN AKADEMIK 2016/2017



BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Iman, Islam, dan Ihsan adalah tiga kata yang saling berkaitan iman artinya percaya, meyakini dengan sepenuh hati ,Islam adalah agama atau tujuan hidup, sedangkan ihsan adalah atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa adanya iman. Sebaliknya, iman tidaklah beraarti apa-apa jika tidak didasari Islam. Selanjutnya kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Namun dalam keadaan zaman sekarang masyarakat kurang memahami apa itu Iman,Islam dan Ihsan karena kurangnya pengetahuan Tidak ada keberuntungan bagi umat manusia di dunia dan akhirat kecuali dengan Islam. Kebutuhan mereka terhadapnya melebihi kebutuhan terhadap makanan, minuman, dan udara. Setiap manusia membutuhkan syari'at. Maka, dia berada di antara dua gerakan,yaitu gerakan yang menarik kepada perkara yang berguna dan gerakan yang menolak mara bahaya. Islam adalah penerang yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan berbahaya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian Iman Itu?
2.      Apa Pengertian Islam Itu?
3.      Apa Penegertian Ihsan itu?
4.      Bagaimana Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ihsan?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). امن- يؤمن - ايمانا yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.[1]
Imam al-Ghazali mengartikannya dengan التصديق  yaitu “pembenaran”.
Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi :
“ Iman ialah pembenaran dengan hati”.
Menurut Imam Ab­­ Hanifah:
ا لا يما ن هو ا لا قر ار و التصديق
 “ Iman ialah mengikrarkan (dengan lidah ) dan membenarkan (dengan hati)”.
Menurut Hasbi As-Shiddiqy ;
القو ل با للسا ن و التصد يق با لخنا ن و العمل با ا لا ر كا ن
 “ Iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh”.
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dgn:
قو ل و عمل و نية و تمسك با لسنة
  “Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah”.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah Membenarkan segala sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan.[2]
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan  nantinya , keenam Rukun Iman tersebut adalah :
1.      Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah yang paling pokok dan mendasari seluruhnya. Ajaran islam , dan ia harus diyakini dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat “laa ilaaha ilallah” Ia yang menjadi awal,inti dan akhir dari seluruh seruan Islam.
2.      Iman Kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat adalah termasuk al-ma’rifatul wasitah yaitu mngetahui masalah akidah kedua sesudah iman kepada Allah SWT, pengetahuan kita tentang malaikat hanya semata-mata berdasarkan Quran dan keterangan-keterangan Nabi. Para malaikat persoalan alam gaib, tidak bersifat materil, kita wajib beriman kepada Malaikat oleh karena Al-Qur’an dan Nabi memerintahkannya.
3.      Iman Kepada Rosul
Dalam analisa yang lalu telah diuraikan tentang Malaikat mereka yang menjadikan jaln turunnya wahyu yang agung kepada Rosul, dimana Rosul itulah sebagai duta-duta Allah untuk menyampaikan risalah dan wahyu yang diterimanya kepada manusia, karena itu iman kepada Rosul berarti mempercayai bahwa Allah telah memilih di antara manusia, menjadi utusan-utusanNya dengan tugas risalah kepada umat mansia ke jalan ang lurus dan untuk keselamatan dunia dan akhirat.
4.      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Wahyu – Wahyu yang diterima oleh Rosul itulah yang dianmakan”shufuf” atau “kitab” kitab itulah yang menjadi pedoman hidup umat manusia.
5.      Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari akhoir disebut juga ma’rifatul ma’ad yaitu mengetahui dan mempercayai akan datangnya hari kebangkitan,hisab,balasan, dan lain-lain. Iman kepada hari akhir embawa manusia kepada keyakinan adanya suatu hiduop lagi di alam lain sesudah hidup duniawi, dan hidup yang kedua itulah yang menjadi tujuan akhir dari pada perputaran roda kehidupan dan penciptaan manusia.
6.      Iman Kepada Qada’ dan Qadar
beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.[3]
B.     Pengertian Islam
kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja aslama- yuslimu- islam  Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.[4]
Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
1.      Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :
الا سلام و هو الا ستسلام و ا لا نقيا د الضا هر
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
2.      Ab­­ A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah
3.        Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:
 Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan” ( HR. Bukhori Muslim) .[5]
Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:
1.      Syahadat
2.      Shalat
3.      Zakat
4.      Puasa
5.      Haji

C.    Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :  ا حسن – يحسن – ا حسا نا yang berarti perbuatan baik.
Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:
1.      Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.
2.      Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya.[6]
Ihsan itu ialah bahawa “kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya,tetapi jika kamtidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” Ihsan juga adalah melakukan ibadah dengan khusyuk,ikhlas dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang dilakukannya.
Hadist riwayat muslim”dari Umar bin Khatab ia berkata bahwa mengabdikan diri kepada Allah hendaklah dengan perasaan seolah-olah anga melihat-Nya,maka hendaklah anda merasa bahwa Allah melihatmu.” Ihsan  ( ناسحI ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian
Tiga aspek pokok dalam Ihsan , yaitu :
1.      Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan
2.      Muammalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat 36, yang     berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun     dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang

3.      Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang —yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya– maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw. mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.” ( HR.Muslim )[7]
D.    Hubungan Antara Iman,Islam, dan Ihsan
Iman, Islam dan Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena merupakan unsur-unsur agama (Ad-Din). Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.
Didalam al-qur’an juga disebutkan bahwa Iman, Islam, dan Ihsan memiliki keterkaitan,yaitu dalam QS Al-Maidah ayat 3 dan QS Ali-Imron ayat 19 yang berbunyi :

QS Al-Maidah ayat 3  :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
 “ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku telah menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai Islam adalah agama yang benar bagi kalian”.

QS Ali-Imron ayat 19 :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
 Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syariattnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.[8]









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). امن- يؤمن - ايمانا yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang, Iman adalah Membenarkan segala sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan. Iman disini meliputi : Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat-Malaikat, Iman kepada Rosul, Iman kepada Kitab-Kitab, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman Kepada Qada’ dan Qadar
2.      kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja aslama- yuslimu- islam  Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri, rukun Islam meliputi : Sahadat, Shalat, Puasa, Zakat, Haji bagi yang mampu
3.      Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :  ا حسن – يحسن – ا حسا نا yang berarti perbuatan baik.ihsan juga bisa diartikan jika kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya,tetapi jika kamtidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” Ihsan juga adalah melakukan ibadah dengan khusyuk,ikhlas dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang dilakukannya.
4.      Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat
DAFTAR PUSTAKA

Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992.
Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beir­­t : al-Maktabah al-Katulikiyah.
Mufid Fathul, Ilmu Tauhid / kalam, Kudus: STAIN Kudus, 2009.
Thanthawi Ali, Akidah IslamDoktrin dan Filosofis, Solo: INTERMEDIA,2004.
Zuhri Muhammad, Benteng Pengkokohan Iman, Semarang: Al-Munawar, 2000.


[1] Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beir­­t : al-Maktabah al-Katulikiyah, hlm.16
[2] Thanthawi Ali, Akidah IslamDoktrin dan Filosofis, Solo: INTERMEDIA,2004,hlm., 44-46
[3] Mufid Fathul, Ilmu Tauhid / kalam, Kudus: STAIN Kudus, 2009,hlm., 25-59
[4] Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992, hlm.84
[5] Ibid hlm.75
[6]Ibid hlm., 104
[8] Zuhri Muhammad, Benteng Pengkokohan Iman, Semarang: Al-Munawar, 2000, hlm., 67-69.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

New Post

FILSAFAT HUKUM DAN PERANNYA DALAM PEMBENTUKAN HUKUM DI INDONESIA

FILSAFAT HUKUM DAN PERANNYA DALAM PEMBENTUKAN HUKUM DI INDONESIA MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Dose...