Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu: H. Zaenal Arifin, M.Ag

Disusun Oleh :
Hidayatul Ula 1520110023
Budi Utomo 1520110024
![]() |
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KUDUS
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI AHWALUS SYAKHSIYAH
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Iman, Islam, dan Ihsan adalah tiga kata yang
saling berkaitan iman artinya percaya, meyakini dengan sepenuh hati ,Islam
adalah agama atau tujuan hidup, sedangkan ihsan adalah atas dasar tersebut di
atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup
tanpa adanya iman. Sebaliknya, iman tidaklah beraarti apa-apa jika tidak
didasari Islam. Selanjutnya kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai
kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep
keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Namun dalam keadaan zaman sekarang
masyarakat kurang memahami apa itu Iman,Islam dan Ihsan karena kurangnya
pengetahuan Tidak ada keberuntungan bagi umat manusia di dunia dan akhirat
kecuali dengan Islam. Kebutuhan mereka terhadapnya melebihi kebutuhan terhadap makanan,
minuman, dan udara. Setiap manusia membutuhkan syari'at. Maka, dia berada di
antara dua gerakan,yaitu gerakan yang
menarik kepada perkara yang berguna dan gerakan yang menolak mara bahaya. Islam
adalah penerang yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan berbahaya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Iman Itu?
2. Apa Pengertian Islam Itu?
3. Apa Penegertian Ihsan itu?
4. Bagaimana Hubungan Antara Iman, Islam, dan
Ihsan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu
bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). امن- يؤمن -
ايمانا yang mengandung beberapa
arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.[1]
Imam al-Ghazali mengartikannya dengan التصديق yaitu “pembenaran”.
Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi :
“ Iman ialah pembenaran dengan hati”.
Menurut Imam Ab Hanifah:
ا لا يما ن هو ا لا قر ار
و التصديق
“ Iman ialah
mengikrarkan (dengan lidah ) dan membenarkan (dengan hati)”.
Menurut Hasbi As-Shiddiqy ;
القو ل با للسا ن و
التصد يق با لخنا ن و العمل با ا لا ر كا ن
“ Iman ialah
mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan
anggota tubuh”.
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dgn:
قو ل و عمل و نية و
تمسك با لسنة
“Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan
dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah”.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah Membenarkan segala
sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan.[2]
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam
rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan
menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya , keenam Rukun Iman tersebut adalah :
1. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah yang paling pokok dan mendasari seluruhnya. Ajaran
islam , dan ia harus diyakini dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat
dalam kalimat syahadat “laa ilaaha ilallah” Ia yang menjadi awal,inti dan akhir
dari seluruh seruan Islam.
2. Iman Kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat
adalah termasuk al-ma’rifatul wasitah yaitu mngetahui masalah akidah kedua
sesudah iman kepada Allah SWT, pengetahuan kita tentang malaikat hanya
semata-mata berdasarkan Quran dan keterangan-keterangan Nabi. Para malaikat
persoalan alam gaib, tidak bersifat materil, kita wajib beriman kepada Malaikat
oleh karena Al-Qur’an dan Nabi memerintahkannya.
3. Iman Kepada Rosul
Dalam analisa yang lalu
telah diuraikan tentang Malaikat mereka yang menjadikan jaln turunnya wahyu
yang agung kepada Rosul, dimana Rosul itulah sebagai duta-duta Allah untuk
menyampaikan risalah dan wahyu yang diterimanya kepada manusia, karena itu iman
kepada Rosul berarti mempercayai bahwa Allah telah memilih di antara manusia,
menjadi utusan-utusanNya dengan tugas risalah kepada umat mansia ke jalan ang
lurus dan untuk keselamatan dunia dan akhirat.
4. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Wahyu – Wahyu yang
diterima oleh Rosul itulah yang dianmakan”shufuf” atau “kitab” kitab itulah
yang menjadi pedoman hidup umat manusia.
5. Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari akhoir
disebut juga ma’rifatul ma’ad yaitu mengetahui dan mempercayai akan datangnya
hari kebangkitan,hisab,balasan, dan lain-lain. Iman kepada hari akhir embawa
manusia kepada keyakinan adanya suatu hiduop lagi di alam lain sesudah hidup
duniawi, dan hidup yang kedua itulah yang menjadi tujuan akhir dari pada
perputaran roda kehidupan dan penciptaan manusia.
6. Iman Kepada Qada’ dan Qadar
beriman bahwasanya Allah
telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan
ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu
telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah
yang telah menghendaki dan menciptakannya.[3]
B. Pengertian Islam
kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah
bentuk masdar dari kata kerja aslama- yuslimu- islam Yang secara etimologi
mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan
silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam
sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai,
patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian islam dapat
dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.[4]
Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
الا سلام و هو الا ستسلام و ا لا نقيا د الضا هر
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
2.
Ab A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti
sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah
3.
Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan
diri kepada Allah SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan
Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan
taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:
“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita,
dia berkata ; handlolah bin abi sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari
ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam
dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain
Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat,
memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan” ( HR. Bukhori Muslim) .[5]
Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:
1.
Syahadat
2.
Shalat
3.
Zakat
4.
Puasa
5.
Haji
C. Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu : ا حسن – يحسن – ا حسا نا yang berarti perbuatan baik.
Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:
1. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu
dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam
iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena
Allah.
2. Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas
dalam beribadah dan seorang hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh
khusuk, khuduk dan sebagainya.[6]
Ihsan itu
ialah bahawa “kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya,tetapi jika
kamtidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” Ihsan juga adalah melakukan ibadah dengan khusyuk,ikhlas dan
yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang dilakukannya.
Hadist riwayat muslim”dari Umar bin Khatab ia berkata bahwa mengabdikan
diri kepada Allah hendaklah dengan perasaan seolah-olah anga melihat-Nya,maka
hendaklah anda merasa bahwa Allah melihatmu.” Ihsan ( ناسحI ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau
“terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya
Allah melihat perbuatannya.Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu
Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu
hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian
dari akidah dan bagian
Tiga aspek pokok dalam Ihsan , yaitu :
1. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan
dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat,
puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan
syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat
ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah
tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga
dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa
bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal
seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan
inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna,
sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan
2. Muammalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat
36, yang berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun
dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan
sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka
Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang
masuk dalam bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan
tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
3. Akhlak
Ihsan dalam
akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan
mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah
seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di
awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita
tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika
hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan
dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku,
sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat
jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita
ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang —yang diperoleh dari hasil
maksimal ibadahnya– maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya.
Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya,
keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka
Rasulullah saw. mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah demi
menyempurnakan akhlak yang mulia.” ( HR.Muslim )[7]
D. Hubungan Antara Iman,Islam, dan Ihsan
Iman, Islam dan Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena merupakan unsur-unsur agama (Ad-Din). Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar
akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun
Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai
upaya pendekatan diri kepada Allah.
Selain itu
Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan
diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi
lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga
sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan
menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.
Didalam
al-qur’an juga disebutkan bahwa Iman, Islam, dan Ihsan
memiliki keterkaitan,yaitu dalam QS Al-Maidah
ayat 3 dan QS Ali-Imron ayat 19 yang berbunyi :
QS Al-Maidah
ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“ Pada hari ini Aku telah
sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku telah menyempurnakan nikmat kepada
kalian dan Aku telah meridhai Islam adalah agama yang benar bagi kalian”.
QS Ali-Imron
ayat 19 :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الإسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam”.
Di dalam ayat
tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang
artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat
seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan
menjalankan syariattnya dan meninggalkan segala yang dilarang
oleh syariat Islam.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu
bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). امن- يؤمن -
ايمانا yang mengandung beberapa
arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang, Iman adalah Membenarkan segala
sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan. Iman disini meliputi :
Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat-Malaikat, Iman kepada Rosul, Iman
kepada Kitab-Kitab, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman Kepada Qada’ dan Qadar
2. kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah
bentuk masdar dari kata kerja aslama- yuslimu- islam Yang secara
etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata
salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri, rukun Islam meliputi : Sahadat, Shalat, Puasa, Zakat, Haji bagi yang
mampu
3. Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata
kerja (fi’il) yaitu : ا حسن – يحسن – ا حسا نا yang berarti perbuatan baik.ihsan juga bisa diartikan jika kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya,tetapi jika kamtidak
melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” Ihsan juga adalah melakukan
ibadah dengan khusyuk,ikhlas dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa
yang dilakukannya.
4. Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar
akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun
Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai
upaya pendekatan diri kepada Allah.Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan
sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga
sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992.
Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beirt :
al-Maktabah al-Katulikiyah.
Mufid Fathul, Ilmu Tauhid / kalam, Kudus: STAIN Kudus, 2009.
Thanthawi Ali, Akidah IslamDoktrin dan Filosofis, Solo:
INTERMEDIA,2004.
Zuhri Muhammad, Benteng Pengkokohan Iman, Semarang: Al-Munawar,
2000.
http://itla4islam.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-ihsan_14.html diakses pada tanggal 14-11-2016 pukul 3.53 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar